Shanty dalam bahasa Inggris berarti gubuk. Kata ini diambil oleh perusahaan pengelola hotel ini, Emoya Estate untuk menggambarkan perkampungan kumuh kebanyakan warga Afrika Selatan. Dilansir dari laman dailymail.co.uk, hotel yang menyediakan layanan bagi 52 tamunya ini membuat unit kamar hotel menyerupai rumah seng, lengkap dengan kursi yang terbuat dari ban bekas. Pengelola bahkan menyediakan lampu minyak, radio bertenaga baterai, lilin di dalam unit kamar. Di halaman, para tamu akan memiliki sebuah ruang pertemuan yang dilengkapi dengan tong untuk berkumpul dan menyalakan api unggun, persis seperti yang dilakukan warga Afrika Selatan saat malam tiba. Meski demikian, karena menyasar tamu yang notabene bukan warga perkampungan kumuh, fasilitas air bersih tersedia di mana-mana. Tak ketinggalan, fasilitas listrik dan wi-fi juga tersedia. Untuk berpura-pura sebagai warga perkampungan tersebut, para tamu diberikan tarif USD80 (Rp920.000) per malam. Tidak beda jauh dengan gaji warga perkampungan asli per bulan, sebesar USD98 (Rp1,1 juta). Sungguh ironis.
Home »
Berita Properti
» Miskin Tapi Mahal
Miskin Tapi Mahal
Written By Unknown on Senin, 10 Februari 2014 | 19.02
Jika hotel-hotel di dunia berlomba
menyajikan fasilitas kelas satu bagi para tamunya, maka tidak dengan
hotel bertajuk Shanty Town yang berada di Bloemfontein, Afrika Selatan
ini. Hotel unik ini menawarkan kehidupan ala masyarakat miskin di
kawasan Afrika Selatan.
Shanty dalam bahasa Inggris berarti gubuk. Kata ini diambil oleh perusahaan pengelola hotel ini, Emoya Estate untuk menggambarkan perkampungan kumuh kebanyakan warga Afrika Selatan. Dilansir dari laman dailymail.co.uk, hotel yang menyediakan layanan bagi 52 tamunya ini membuat unit kamar hotel menyerupai rumah seng, lengkap dengan kursi yang terbuat dari ban bekas. Pengelola bahkan menyediakan lampu minyak, radio bertenaga baterai, lilin di dalam unit kamar. Di halaman, para tamu akan memiliki sebuah ruang pertemuan yang dilengkapi dengan tong untuk berkumpul dan menyalakan api unggun, persis seperti yang dilakukan warga Afrika Selatan saat malam tiba. Meski demikian, karena menyasar tamu yang notabene bukan warga perkampungan kumuh, fasilitas air bersih tersedia di mana-mana. Tak ketinggalan, fasilitas listrik dan wi-fi juga tersedia. Untuk berpura-pura sebagai warga perkampungan tersebut, para tamu diberikan tarif USD80 (Rp920.000) per malam. Tidak beda jauh dengan gaji warga perkampungan asli per bulan, sebesar USD98 (Rp1,1 juta). Sungguh ironis.
Shanty dalam bahasa Inggris berarti gubuk. Kata ini diambil oleh perusahaan pengelola hotel ini, Emoya Estate untuk menggambarkan perkampungan kumuh kebanyakan warga Afrika Selatan. Dilansir dari laman dailymail.co.uk, hotel yang menyediakan layanan bagi 52 tamunya ini membuat unit kamar hotel menyerupai rumah seng, lengkap dengan kursi yang terbuat dari ban bekas. Pengelola bahkan menyediakan lampu minyak, radio bertenaga baterai, lilin di dalam unit kamar. Di halaman, para tamu akan memiliki sebuah ruang pertemuan yang dilengkapi dengan tong untuk berkumpul dan menyalakan api unggun, persis seperti yang dilakukan warga Afrika Selatan saat malam tiba. Meski demikian, karena menyasar tamu yang notabene bukan warga perkampungan kumuh, fasilitas air bersih tersedia di mana-mana. Tak ketinggalan, fasilitas listrik dan wi-fi juga tersedia. Untuk berpura-pura sebagai warga perkampungan tersebut, para tamu diberikan tarif USD80 (Rp920.000) per malam. Tidak beda jauh dengan gaji warga perkampungan asli per bulan, sebesar USD98 (Rp1,1 juta). Sungguh ironis.
Label:
Berita Properti
Posting Komentar